8/17/2007 09:27:00 PM
2
Sore menjelang senja hari aku berangkat meninggalkan Petukangan Selatan menuju Stasiun Gambir dengan blue bird. Alhamdulillah, perjalanannya lancar nggak macet seperti biasanya. padahal pada jam-jama kantoran seperti itu biasanya super macet. Tiba di Stasiun aku langsung disambut orang-orang asing yang ramah-ramah (ada maunya? pasti!), semuanya berbaris mengantarkan aku menuju loket pembelian tiket. Rencananya malam itu memang aku mo balik ke Solo pake Argo Lawu. Belum lagi nyampek loket mereka nyerocos, "Mau ke mana? Solo ya? Tiketnya habis mas, bagaimana kalau saya bantu? Saya ada tiket nich... Aku nggak peduli terus saja jalan. dan beneran sampai loket tertera tiket habis. "Aneh," pikirku. Tiket habis tapi banyak sekali orang (calo) antri menawarkan tiketnya. Harga normalnya 190rb, tapi gilanya mereka nawarin 300rb. Lepas dari calo yang satu, aku diuber calo yang lain. Setengah bersungut aku bilang saja nggak punya duit. Titik. Dan mereka membiarkan aku berlalu.

Biar tenang, aku putuskan sholat magrib dan isya' dulu (menjamak). Keluar dari masjid belum lagi selesai mengenakan sepatu, ada wanita menyodorkan proposal sumbangan. Aku cuma bilang , maaf sambil mengangkat telapak tangan tanda penolakan. Begitu wanita itu berlalu, muncul tukang ojek menawarkan diri mengantarkan ke Senen. Wah..wah..wah.. sesaat aku jadi seleb rupanya. He..he.. Ternyata aku menarik perhatian mereka sebagai orang yang butuh bantuan.

Aku nggak ambil pusing langsung angkat kaki meninggalkan stasiun menuju terminal busway, beneran kali ini aku ketemu teman seperjalanan senasib. Seorang petugas tidak dengan pakaian dinasnya. Kami banyak ngobrol dan memutuskan pulang bareng karena kebetulan arahnya sama, Solo.

Sampai terminal terakhir busway (Pulo Gadung), telah menanti kali ini calo bus antar kota. Sangking risihnya dikuntit, temen seperjalananku setengah teriak mengungkapkan identitasnya sambil meletakkan tasnya. "Saya petugas dan saya mau kencing, jangan ganggu saya! Kalau saya butuh saya akan temui kamu" Bentak teman seperjalananku. Meski akhirnya kami memilih bus itu setelah nego harganya.

Setengah jam... Satu jam... sampai Dua jam.. tidak ada tanda-tanda bus mau berangkat. Tiga jam berikutnya baru ada tanda-tanda bergerak, itupun muter-muter nggak karuan. Seorang penumpang bertubuh agak tambun lantas berdiri dan berteriak protes, tapi dianggap sepi. Begitu dia ngomel-ngomel, ada seorang lagi seseorang dengan tubuh lebih tambun melayani omelan penumpang itu. "Saya petugas, kamu mesti tahu bus nggak jalan kalau target penumpang nggak cukup", dalihnya. Si Tambun pertama nggak kalah sengit, "petugas dimana?" Nggak mau kalah orang tambun satunya yang rupanya mewakili bus menghardik, "Apa mau kamu tanya-tanya?" Hampir terjadi perkelahian dua orang tambun hingga penumpang yang lain melerainya.

Akhirnya bus baru berangkat jam 00.00 dan dihentikan di tengah jalan oleh mobil patroli, yang rupanya telah mendapatkan pengaduan dari penumpang yang tambun tadi. Beberapa saat kemudian bus bergerak lagi dan baru sampai di Solo pukul 13.25 WIB. Subhanallah... perjalanan yang sangat melelahkan. Pusing kepalaku yang belum sembuh betul semakin menjadi-jadi. Tapi apa mau dikata?

2 komentar:

Anonim mengatakan...

kenapa ngga' ikutan protes "hoey saya juga petugas, kasih jalan dan segera berangkat".
emang petugas apaan???....
petugas kebersihan (hati). amien.....

YASMIN mengatakan...

Sabar ya pak. Namanya juga jakarta!!!

Plan Your Work and Work Your Plan

Plan Your Work and Work Your Plan