7/25/2007 09:15:00 PM
1

Pernahkah kita tiba-tiba menjadi terlalu baik bagi orang lain? Bukan klaim pribadi, namun sebuah pengakuan orang lain terhadap kebaikan kita. Terlepas itu pengakuan jujur atau sebaliknya sebuah pengingkaran halus.

Sepuluh tahun lalu, ada seorang gadis yang menolak pinanganku, karena menurutnya aku terlalu baik baginya. Kenangan itu begitu kuat, mengingat jawaban itu sungguh tidak bisa aku pahami. Iya, dan itu sepuluh tahun lalu.

Betapa dia terlalu memaksa untuk menghukumi dirinya, menurutku. Padahal pengadilan akhirat belum digelar. Mengapa dia justru merasa lebih aman berada pada situasi yang menurut dirinya sendiri belum baik? (kalo tidak dikatakan tidak baik). Sadarkah dia, bumi masih digelar, langit masih dihampar, dan pintu taubat selalu terbuka selama denyut kehidupan masih dikandung badan. Persoalannya, apakah dia mau atau tidak menjadi lebih baik. Saya ingin menutup saja pembicaraan ini, karena ini berkenaan dengan seseorang sepuluh tahun lalu, yang mungkin dia sekarang telah mendapati kebahagiaannya dan menjadi manusia baik. Semoga……. O ya, ini juga tidak berkaitan dengan seseorang yang (persis) dua bulan terakhir menjadi begitu spesial dan sekarang tengah sibuk mempersiapkan pernikahannya, bukan denganku namun dengan yang lain. Semoga berbahagia…..

Menjadi lebih baik setiap hari, bukan hanya harapan. Namun setiap orang menginginkannya. Dan yakinlah, setiap kebaikan akan memanen buahnya. Panenan yang dipetik bisa dua kali lebih baik, atau bahkan ada tambahannya.

Sumber kebaikan itu adalah hati yang selamat (Qolbun salim). Ibnul Qoyyim menyebutkan : kehidupan dan terangnya hati merupakan sumber setiap kebaikan di dalamnya, kematian dan gelapnya hati adalah pangkal setiap keburukan di dalamnya. Apabila cahaya dan terangnya hati kuat, ia bisa mengenali baiknya kebaikan, sedangkan dengan kehidupannya ia mencintai kebaikan tersebut. Begitupula terhadap buruknya keburukan. Sebaliknya hati yang mati, hati yang terkena penyakit syahwat, karena kelemahannya ia menyukai keburukan-keburukan yang disodorkan padanya. Naudzubillah…

Semoga kita selalu memiliki hati yang mampu menjalankan fungsinya yang untuk itu ia diciptakan, yakni mengenal dan mencintai Alloh. (Seseorang akan selalu mengingat kata-kata ini. Semoga…).

1 komentar:

Anonim mengatakan...

tenangkan hatimu kawan
penolakan adalah anugerah
saya pernah ditolak
saya pernah dibuang
tetap tabah
dapatkan yg lebih pas dan cocok di hati
Allah tahu yg lebih pas buat km kawan

Plan Your Work and Work Your Plan

Plan Your Work and Work Your Plan