7/02/2010 04:15:00 PM
0
 
Laki-laki itu duduk bersila di depanku dengan kepala tertunduk dan mata yang sayu. Usianya seketika seperti bertambah beberapa tahun dalam sekejap. Di dekatnya seorang wanita mendekati paruh baya dengan tatapan penuh teka teki dan setengahnya kurang bersahabat. Dan di sebelahnya pria bersahaja yang 2 hari sebelumnya pernah menemuiku. Dengan kalimat terbata-bata, seorang pria yang mengaku sebagai kakak dari pria yang duduk bersila di hadapanku bermaksud menerangkan kedatangan mereka ke rumah kami. Dengan ceritanya yang ngalor-ngidul dan setengah dipaksakan mencoba menjelaskan kronologis kejadian yang menyebabkan terjadinya kecelakaan yang menimpa ibu kami, sehingga menemui ajalnya, menghadap ke haribaan Ilahi Robbi.

Setengah menukas, aku katakan : 'Tidak terlalu penting menyoal bagaimana peristiwa itu terjadi atau mengapa itu harus terjadi, namun justru yang harus kita mengerti adalah bagaimana kita menyikapi apa yang sudah terjadi dan apa hikmah yang bisa kita ambil dari musibah yang sudah terjadi ini.' Terhadap apapun yang telah digariskan Allah, baik atau buruk dalam kaca mata kita, mestinya menjadikan kita menjadi lebih baik. Dalam pemahaman dien, menjadi manusia yang meningkat kualitas ketaqwaannya kepada Allah.

Kalau kita ditanya, mana yang lebih baik, menjadi orang yang kaya atau miskin? Menjadi orang yang selalu didera penyakit atau sehat terus menerus. Memiliki banyak anak atau tidak sama sekali. Dalam situasi apapun, mana yang lebih membuat kita menjadi lebih bertaqwa. Maka itulah yang paling pas atas kita. Boleh jadi kita membenci sesuatu, padahal itu baik buat kita. Atau boleh jadi kita menyukai sesuatu, padahal itu buruk akibatnya buat kita.

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok. Sebagaimana kita tidak akan pernah bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Yang mesti kita lakukan adalah menjalani setiap pilihan secara sadar dan berdamai dengan apapun yang terjadi. Semoga setiap keburukan bermakna menggugurkan dosa-dosa kita. Dan setiap kebaikan berbilang pahala di sisi-Nya. Amin.

Alhamdulillah, beberapa hari berikutnya, aku mendengar kabar kalau bapak dan anak yang menabrak ibu sudah mulai mau mengikuti pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh Yayasan yang dikelola ikhwan-ikhwan.

Pohon bambu yang merasakan hidup enak dalam rumpunanya bahkan merelakan dirinya ditebang dan merasakan sakit dipotong potong. Namun pada akhirnya mengerti setelah dia tahu bahwa dirinya dipergunakan untuk saluran air bagi masyarakat. Mungkin juga ujian hidup yang kita alami saat ini sedang dipersiapkan untuk memberi jalan kebaikan dan kebahagiaan bagi orang lain.

Selamat jalan Ibu, terima kasih Ibu untuk hari-hari terindah dan pengajaran hidup yang luar biasa. Semoga Allah memberimu tempat terbaik di sisi-Nya. Amiin.

0 komentar:

Plan Your Work and Work Your Plan

Plan Your Work and Work Your Plan