8/31/2010 04:25:00 PM
0
Malam itu hujan turun lumayan deras di Solo. Belum lagi beberapa saat kemudian lampu padam. Kring….ponselku berbunyi. Seorang kerabat mengabarkan kalau ibu mengalami kecelakaan. Belum pasti benar ceritanya, telepon ditutup. Aku mencoba menghubungi adik di Padangan yang kebetulan sudah beberapa bulan ini tinggal bersama ortu lagi. Namun yang menggelisahkan. Telepon tidak kunjung diangkat. Begitu pun ketika saya mencoba menghubungi nomor telepon rumah. Beberapa saat kemudian ponsel adik diangkat, tapi yang terdengar hanya gemuruh suara bising kendaraan. Kemudian nada sambung terputus. (Belakangan baru tahu kalo yang bawa ponsel adik, mbah. Dan tidak tahu cara mengoperasikannya).

Malam itu juga aku memutuskan untuk pulang kampung dengan terus berupaya menghubungi nomor ponsel adik. Istri juga memaksa ikut. Neha, putriku yang cantik meski tertidur lelap, kami bawa serta. Alhamdulillah, hujan di luar rumah pun sudah mulai reda. Dengan perut sedikit kroncongan karna belum makan malam, kamipun berangkat. Mamahnya Neha minta mampir makan malam, khawatir kalo-kalo mabuk di jalan. Bisa diduga, sama sekali selera makan kami hilang meskipun makanan sudah terhidung. Akhirnya sebagian makanan pun kami bungkus, biar nggak mubazir.

Sedikit mengganggu ketika baru saja duduk di atas bus ada pengamen masuk dan itu membuat Neha terbangun. Kelihatan buah hatiku terkaget-kaget. Sepanjang perjalanan kami benar-benar gelisah. Adik mengabarkan kalau Ibu harus dirujuk ke Rumah Sakit di Lamongan. Karna di RS tersebut tidak tersedia alat CT Scan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak. Pemeriksaan dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu cedera / kelainan. Yang menyedihkan, Ibu sempat terkatung-katung di ruang UGD, hanya karna adek lupa bawa dompet. Dia terburu-buru, sehingga tidak sempat ambil dompet dan HP. Pakaianpun sekedar menutup aurat. Selain itu tindakan definitif dan organisasi kegawat-daruratan RS terasa bekerja sangat lambat. Secara pribadi saya benar-benar kecewa. Apalagi saya adalah mantan aktivis di lembaga yang ikut membesarkan RS tersebut.

Setibanya di Ngawi seraya menunggu jemputan dari sodara, telepon berdering. Adik iparku mengabarkan, kalo dari hasil CT Scan, ibu mengalami gangguan pada otak, berupa pecahnya pembuluh darah otak sehingga harus dilakukan tindakan operasi pada otak. Diperkirakan biaya yang dibutuhkan sekitar 50 jutaan. Kami pun putuskan untuk mengizinkan tim medis mereka untuk melakukan tindakan operasi.

Tengah malam ibu memasuki ruang operasi. Berbagai persiapan dilakukan oleh dokter. Belakangan masalah muncul, respirator (alat bantu nafas) tidak bisa masuk karena adanya kelainan kelenjar gondok yang diderita ibu. Akhirnya, dokter muda di ruang operasi tidak berani melakukan tindakan operasi. Menurutnya paling tidak harus ada dokter spesialis anestesi dan spesialis syaraf. Menurut pihak RS, kedua dokter spesialis esok hari ada agenda ke Bali. Satu-satunya jalan, ibu harus dirujuk ke RS lain. Hanya 2 RS di Surabaya yang siap untuk menangani kondisi darurat ini. Biaya yang dibutuhkan sekitar 100 jutaan.

Kami benar-benar bingung menyiapkan uang yang menurut kami tidak sedikit itu. Seketika Allah mengingatkan saya dengan firman-Nya : La yukallifullahu nafsan illa wus'aha. Tidaklah Allah membebani suatu kaum di luar batas kemampuannya. Akhirnya kami putuskan membawa ibu ke RS Mitra Keluarga Surabaya. Belum lagi berangkat ke Surabaya, selepas azan subuh, dari ruang UGD, adik mendapati kabar kalau ibu kritis. Selang beberapa menit kemudian, saya mendapat kabar kalau ibu sudah tiada, menghadap ke haribaan Ilahi. Inna Lillahi wa inna ilahi roji'uun. Semoga husnul khatimah. Amin.

Sebagai anak, kami berusaha untuk memberikan yang terbaik. Namun Allah dengan kemahakuasaan-Nya, lebih tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Mungkin kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, namun selalu mencukupkan segala apa yang kita butuhkan. Angan-angan kita selalu mendahului batasan yang telah digariskan Sang Maha Kuasa. Semoga Allah menerima amal ibadah ibu dan mengampuni dosa-dosa kami semuanya. Amiin.

0 komentar:

Plan Your Work and Work Your Plan

Plan Your Work and Work Your Plan