Kepada syaikh, seorang suami mengeluhkan
keadaan istrinya, bahkan muak melihat tampangnya. Syaikh lalu bertanya
kepadanya, apakah dia mentaatimu ? Tidakkah dia melaksanakan kewajibannya yang
berkaitan dengan rumah dan anak-anakmu ? Tidakkah dia disiplin dalam
menjalankan sholat dan ketaatan kepada Robb-nya ? Semua pertanyaan syaikh
tersebut dijawab lugas : “Tentu”.
Lalu syaikh kembali bertanya, “Adakah kamu
mendapati suatu cacat dalam tingkah lakunya ? Dijawab sang suami : “Tidak, sama sekali
tidak”.
Lalu apa yang kamu keluhkan ? Tanya syaikh
menyelidik. Laki-laki itu menjawab : “Sungguh, dia wanita yang sangat tertutup
dan dingin. Penampilannya sangat biasa, bahkan cenderung tidak peduli dan abai.
Tidak sekalipun mengungkapkan kalimat cinta dari bibirnya. Tidak pula pernah
bermanja seolah hal itu terlarang baginya.”
Syaikh menasehatinya : “Ya Akhi, orang-orang sholih dari umat ini, mereka
bersabar menghadapi istrinya dalam perkara yang lebih besar dari persoalan ini
dan tidak pernah mengeluhkannya. Bahkan ada yang memiliki istri yang terus
menyakitinya, berbicara lantang, bahkan berteriak di hadapan wajahnya. Namun
tetap bersabar dan tabah menghadapinya serta berdoa kepada Allah agar
memperbaikinya. Dalam perkara ini, sudahkah kamu berdoa kepada Allah ? “ Dia
menjawab : “Belum.”
Sang syaikh berkata : “Saya akan berusaha
membantumu, tetapi dengan syarat kamu harus jujur menjawab setiap
pertanyaanku.” Dia menjawab : “Baiklah.”
Syaikh bertanya : “Bagaimana hubunganmu
dengan Allah ?” Dia menjawab : “Saya tidak mengerti. Apa maksudnya ?”
Syaikh bertanya : “Apa kamu senantiasa
menjaga sholat fajar?” Dia menjawab : “Kadang-kadang aku tinggalkan.”
Syaikh berkata : “Barangsiapa yang
meremehkan sholatnya, maka dia pasti meremehkan perkara-perkara yang lain.
Wahai saudaraku, dari sebab inilah terjadinya semua bencana. Sesungguhnya
tidaklah datang suatu musibah melainkan disebabkan oleh perbuatan dosa dan
tidaklah suatu musibah diangkat, melainkan dengan taubat. Sebagian salaf
berkata : “Sungguh, saya telah terjerumus ke dalam perbuatan maksiat kepada
Allah dan aku sadari hal itu pada akhlak istriku dan sikap kendaraanku. Yaitu
terjadinya perubahan perilaku istrinya disebabkan oleh perbuatan maksiatnya.”
Wa’iyadzubillah.
0 komentar:
Posting Komentar